sebatas coret coretan tanpa pemikiran yang tak berguna tetapi jika anda penasaran silahkan dibaca dan disebarluaskan ~

SlideShow

Senin, 10 Oktober 2016



Mas barir lebar lulus arep neruske nandi ? Opo arep kerjo nandi ?
Ya pertanyaan seperti itu yang selalu membuat kuping saya ingin saya tutupin dengan headset dan setiap kali saya keluar rumah atau main di kampung kuping saya selalu mendengar pernyataan pertanyaan itu. Entah apa karena saya bosan atau apa, tapi terlebih karena saya bisa dikatakan malu sebagai seorang yang bisa dikatatakan terpandang dan teladan di kampung (bukan sombog, fakta) banyak dari orang orang dikampung sudah melabeli saya sebagai lulusan dari sekolah ternama. Ah sungguh antara bingung dan malu, bingung karena saya harus jawab apa, dan malu karena saya adalah seorang laki laki yang berwibawa yang nantinya punya kewajiban atau tugas menjadi imam dalam keluarga (wesyehh).
Tapi pertanyaan pertanyaan itu akhirnya terpecahkan. Bagai telur di ujung tanduk, ya mungkin pepatah itu yang bisa menggambarkan nasib saya beberapa bulan lalu. Ketika saya membuka pengumuman ujian mandiri UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, saya sangat geregetan, saya sangat tegang tetapi setelah itu saya sangat senang karena akhirnya saya diterima di UIN SUKA.Betapa senangnya saya, betapa tidak lha itu satu satunya universitas yang mau menampung saya. Begitu banyak saya sudah menawarkan diri saya untuk universitas universitas lain tapi hasilnya ? Ya cuma UIN SUKA yang masih mau membuka hati nuraninya untuk menerima saya. Atau mungkin karena uin suka yakin bahwa saya adalah salah satu orang berharga untuk masa depan UIN SUKA nanti. #semoga
Oke sejak saat itu saya selalu bersemangat untuk cepat cepat masuk kuliah di uin, selain karena satu satu nya univ yang mau menerima saya, itu juga karena uin suka kental akan nilai keislaman nya. Setelah tiba waktunya untuk kuliah yaitu ospek, atau disebutnya dengan opak ( organisasi pengenalan kampus) saya diajarkan dan di gojlok seperti biasa ospek pada umumnya. Tapi yang membuat saya merasa sedikit berpikir adalah ketika saya dan teman teman seperjuangan diajari atau ditekankan untuk membela rakyat rakyat kecil, untuk memerangi keputusan keputusan kampus yang dianggap tidak sejalan dengan pemikaran mahasiswa dan tentang memperjuangkan hak hak mahasiswa. Bisa dibilang lebih ringkesnya kita diajari demo. Ah sungguh malesi sekaloe menurut saya, bukan karena saya tidak mau membela hak hak orang orang kecil lebih karena saya berfikir manfaat dan mudzorotnya (asyeekk). Begini lho bagi saya demo adalah cara paling ndak ada manfaatnya, tapi lebih banyak mudzorotnya. Kenapa ? coba anda bayangkan dan anda rasakan bahwa ketika anda demo di jalan panas panasan setelah itu tidak ada yang menanggapi kedemoan anda, gimana rasanya sakitt kan ? Ah tapi sudahlah tiap tiap orang itu beda beda sifatnya. Tapi jika ada cara selain demo saya lebih memilih cara itu, Misalnya dengan cara baik baik, tapi bila dengan cara baik baik tidak bisa maka saya tidak memilih untu berdemo tapi saya lebih suka cara yang lebih praktis, ada yang tau ? ya kita seret saja orang orang yang tidak bertanggung jawab itu lalu kita pukuli rame rame. Gimana ? anarkis ? tak masalah saya lebih suka cara yang real seperti itu dari pada harus bengak-bengok dijalan.
Mungkin rasa atau sifat anarkis saya itu muncul bukan secara tiba tiba, tapi lebih karena saya sudah punya basic dalam diri saya mengenai pemahamaan tentang anarkis itu. Basic itu tertanam dalam diri saya ketika saya masih sekolah di SMK. Ya anda pasti tau sendiri lah bagaimana nama SMK itu di mata masyarakat. Banyak dari kalangan masyarakat mempunyai suudzon yang berlebihan pada SMK, ketika mereka mendengar SMK yang pertama kali mereka katakan pasti “Ah sekolah kok neng SMK, arep sekolah po arep tawuran ?” ada juga yang bilang “Ah sekolah kok ng SMK, mending rasah sekolah wae”. Pandangan pandangan seperti itulah yang membuat nama SMK itu sering disebut sekolah anarkis. Tapi ndakpapa saya tetap bangga sekolah di SMK, daripada situ sekolahnya gak pernah di omongin di masyarakat. Tapi sudahlah mungkin ini yang disebut takdir yang membawa saya sampai ke UIN SUKA, takdir yang menemuakan saya kembali dengan keanarkisan, dan takdir yang mempertemukan jalan saya, Jalan yang mungkin ‘anarkis’ tapi bagi saya tetaplah jalan terbaik yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT.
Aminnn….
09.39   Posted by Unknown with No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search